Setelah puluhan tahun malang melintang di dunia persilatan, eh politik masudnya, politisi gaek satu ini akhirnya jatuh sakit lumayan parah sehingga bernapasnya
perlu menggunakan bantuan tabung oksigen.
Kondisi beliau cukup stabil ketika para kolega berdatangan satu per satu menjenguknya pagi itu, mulai dari kalangan artis, pengusaha, birokrat,
hingga sesama politisi Parlemen; tetapi beberapa menit setelah Presiden yang kebetulan juga sahabat lamanya datang dan berdiri di saping ranjangnya, entah kenapa tiba-tiba nafasnya tersengal-sengal, dan sepertinya hendak mengatakan sesuatu tapi tidak bisa karena tercekik hebat lehernya. Merasa itu adalah saat2 terakhir sahabatnya, Presiden sambil menitikkan air mata memberinya secarik kertas dan pena untuk menuliskan apa pesan terakhirnya. Beberapa detik setelah menuliskan pesan itu, dia pun menghembuskan nafas terakhirnya, bahkan sebelum Presiden sempat membacanya. Presiden merasa bahwa saat itu bukanlah saat yang tepat untuk membaca pesan terakhir almarhum sahabatnya, maka dia pun menyimpannya di saku celana.
Menjelang pemberangkatan jenasah siang harinya, Presiden pun berinisiatif memberikan pidatonya sebagai penghormatan sekaligus perpisahan. Menjelang bagian penutup pidatonya, Presiden pun teringat pada pesan tertulis almarhum yang disimpannya di kantong celana, "…. perlu saya sampaikan kepada sanak famili, kerabat, handai taulan, dan saudara-saudara sekalian, bahwa almarhum sebelum menghembuskan nafas terakhirnya masih sempat meninggalkan pesan tertulis kepada saya, disaksikan oleh semua yang hadir di Rumah Sakit tadi pagi bersama saya. Untuk itu saya akan membacakannya sekarang disaksikan saudara-saudara sekalian para hadirin, meskipun belum membacanya, saya sungguh percaya bahwa melalui pesan terakhir itulah almarhum menyampaikan sesuatu yang berguna bagi bangsa dan negara kita.…".
Maka Presiden pun merogoh kantong celananya, membuka lipatan kertas berisi pesan terakhir almarhum. Tulisan pesan dalam kertas itu berbunyi, "Yth. Bapak Presiden, tolong jangan diinjak selang oksigen saya". by : Eko Armunanto/ARSIP HUMOR
0 komentar:
Posting Komentar